Rabu, 02 Agustus 2017

MAKANAN KULINER KHAS SULAWESI TENGAH SAYUR KELOR

DARI MAKANAN RUMAHAN MENJADI MAKANAN KULINER KHAS SULAWESI TENGAHUta Kelo(Sayur Kelor) adalah salah satu kuliner khas masyarakat Sulawesi Tengah. Kuliner yang satu ini identik dengan kehidupan salah satu suku terbesar yang mendiami kawasan Sulawesi Tengah yaitu suku Kaili. Cita rasanya yang khas dan unik menjadikannya sebagai salah satu identitas kuliner Sulawesi Tengah.

Suku Kaili adalah salah satu suku yang mendiami wilayah di Sulawesi Tengah terutama Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan juga Kota Palu yang berada di kawasan pegunungan dan ada juga yang tinggal di kawasan pesisir seperti di Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Toja Una Una dan Kabupaten Poso. Suku Kaili itu sangat unik, mereka mempunyai lebih dari 10 bahasa lokal. Bahkan antar kampung saja bisa mempunyai bahasa yang berbeda. Tapi mereka mempunyai bahasa pemersatu yang disebut bahasa Ledo.

Suku Kaili mempunyai makanan khas yang disebut dengan Uta Kelo. Kelo dalam bahasa Indonesia berarti daun kelor. Uta Kelo adalah sejenis sayuran yang berbahan utama daun kelor. Daun kelor mudah ditemukan di desa-desa pemukiman Suku Kaili. Mereka biasanya menanam kelor sebagai pembatas rumah, Tanaman ini biasanya tumbuh liar dan dapat tumbuh hingga mencapai 11 meter.Uta Kelo dimasak menggunakan kuah santan kental lalu diberi bahan tambahan lain seperti udang, pisang muda dan juga terong muda. Kuah santan yang gurih, daun kelor yang segar, terung/pisang muda dengan tekstur yang lembut, dan rasa udang yang khas menjadikan Uta Kelo sebagai salah satu menu wajib bagi masyarakat suku Kaili.  Menurut penelitian, daun kelor mempunyai nutrisi yang sangat tinggi. Memakan Uta Kelo dapat memberikan tenaga ekstra untuk kegiatan sehari-hari.

To Kaili (sebutan bagi masyarakat suku Kaili) biasanya menyajikan Uta Kelo bersama nasi jagung atau yang biasa disebut dengan talebe.Sebagai pelengkap, biasanya juga dihidangkan penja/duo (sejenis ebi), dan bau tunu (ikan bakar). Berbeda dengan Kaledo yang biasanya dihidangkan pada acara-acara tertentu, Uta Kelo menjadi menu rumahan yang hampir setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat.

Cita rasa yang nikmat membuat kuliner yang satu ini tidak hanya dikonsumsi oleh To Kaili saja. Kuliner ini juga dikonsumsi oleh masyarakat dari etnis lain yang bermukim di Sulawesi Tengah seperti Bugis, Mandar, Jawa, dan lain-lain. Proses akulturasi budaya turut andil dalam membuat kuliner yang satu ini diterima oleh lidah masyarakat “pendatang” di Sulawesi Tengah.

Ada mitos yang berkembang di Suku Kaili bahwa orang dari luar suku mereka yang memakan Uta Kelo ini suatu saat akan kembali datang bahkan tinggal dan menetap di pemukiman mereka.

Beberapa daerah di Indonesia selain Sulawesi Tengah juga memanfaatkan kelor sebagai bahan dasar kuliner. Di Sulawesi Selatan, daun kelor dimasak menjadi sayur bening. Di daerah lainnya, buah kelor atau yang biasa disebut kelantang juga dijadikan sebagai bahan makanan.

Proses akulturasi tersebut pula yang kemudian melahirkan berbagai cerita menarik seputar Uta Kelo dan tanaman kelor itu sendiri. Cerita-cerita tersebut dikemas dalam bentuk mitos. Pemitosan yang satu ini muncul dari masyarakat suku Kaili. Masyarakat suku Kaili percaya bahwa tidak boleh memasak atau memakan Uta Kelo pada saat ada orang meninggal. Jika hal tersebut dilanggar, mereka percaya bahwa di dalam Uta Kelo tersebut nantinya akan terdapat anggota tubuh orang yang meninggal tersebut seperti kuku, rambut, gigi, dan lain-lain.

Meski terkesan tidak rasional, toh mitos tersebut sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat. Belum ada pembuktian secara ilmiah untuk mengkaji mitos tersebut.

Seiring dengan mulai maraknya usaha kuliner di Kota Palu, mulai dari catering, prasmanan, penjual makanan di kaki lima, hingga usaha warung makan, rumah makan, hingga restoran, kuliner lokal mulai mendapat tempat untuk merambah pasar kuliner Kota Palu. Dulu kita tidak dapat menemukan penjual makanan, warung makan, hingga restoran yang menyediakan kuliner lokal seperti uta kelo hingga kita harus memasak sendiri jika ingin mencicipi makanan tersebut. Sekarang, kuliner lokal termasuk uta kelo dapat kita temukan mulai dari penjual makanan kaki lima hingga restoran.

Hal ini menjadi bukti bahwa kuliner lokal seperti uta kelo telah menjadi “tuan rumah di negerinya sendiri”. Restoran dan rumah makan berskala besar di Kota Palu tidak lagi ragu menyajikan kuliner lokal kepada pengunjungnya. Cita rasa yang khas serta penyajian yang unik menjadi nilai plus tersendiri bagi kuliner lokal untuk menjadi identitas daerah. Bahkan ada restoran dan rumah makan yang khusus menyediakan kuliner lokal seperti Uta Kelo.   
                
Berbagai cerita menarik mengiringi perjalanan Uta Kelo sebagai salah satu identitas kelokalan Sulawesi Tengah. Kuliner yang satu ini pada awalnya “hanya” menjadi menu rumahan yang selalu ada di meja makan. Tetapi kini, ia telah menjadi duta sekaligus identitas Sulawesi Tengah yang siap diperkenalkan ke mana saja. Uta kelo telah bertransformasi dari kuliner rumahan menjadi identitas daerah. Tentu menjadi tugas kita semua untuk memperkenalkan kuliner lokal sepertiuta kelo sebagai kuliner khas Sulawesi Tengah kepada semua pihak.

SUMBER:http://ikomuntad.blogspot.co.id/2015/11/makanan-khas-tradisional-sulawesi.html

1 komentar:

  1. Slots, Casinos, Games, Free Play, Casino Bonus, VIP Program - Dr
    All games, from the likes of 목포 출장안마 slots, casino, poker, blackjack, slots, 영천 출장마사지 & more on 여수 출장샵 Dr.MCD.com. Get 양산 출장샵 VIP casino bonus code - 보령 출장마사지 up to $1000. Play your favorite games and win real money!

    BalasHapus